Kecerdasan Buatan?
Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence atau AI) adalah cabang ilmu komputer yang berfokus pada pengembangan sistem yang dapat meniru atau menampilkan kecerdasan manusia[1]. Teknologi ini telah merambah berbagai sektor, mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga industri kreatif.
Dalam beberapa tahun terakhir, AI telah menjadi tren global yang berkembang pesat dan diterapkan di berbagai aspek kehidupan, seperti chatbot, asisten virtual, mobil otonom, hingga sistem rekomendasi di media sosial dan e-commerce[2]. Dengan semakin luasnya penggunaan AI, muncul berbagai tantangan dan dilema etika yang perlu diperhatikan.
Tanpa adanya prinsip etika yang jelas, AI dapat menimbulkan dampak negatif, seperti diskriminasi dalam perekrutan kerja, penyalahgunaan data pribadi, atau penyebaran misinformasi secara masif [3]. Oleh karena itu, etika dalam pengembangan dan penerapan AI menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa teknologi ini digunakan secara bertanggung jawab, adil, dan memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat.
Key
Sebelumnya sudah saya sebutkan bahwa AI haruslah digunakan secara Bertanggung Jawab, Adil, dan memberikan manfaat bagi khalayak umum.
Bertanggung Jawab, berbicara tentang AI, banyak tools yang menggunakan teknologi AI dan dapat diakses oleh publik, tidak menutup kemungkinan timbulnya segolongan / individu yang dimana dalam menggunakan alat-alat ini tidak memiliki moral dan tanggung jawab.
Bagi sebagian orang, video ini mungkin sudah jelas merupakan hasil manipulasi atau rekayasa. Namun, bagi generasi boomer, video tersebut bisa tampak seperti sesuatu yang nyata. Padahal, bahkan sebelum adanya teknologi AI, penipuan semacam ini sudah sering terjadi di masyarakat, hanya saja metodenya belum menggunakan rekayasa AI. Fenomena ini dikenal sebagai Fake Authority [5].
Dengan adanya video tersebut, dapat disimpulkan bahwa teknologi AI masih belum sepenuhnya digunakan secara bertanggung jawab. Secara tidak langsung, kita mungkin pernah atau bahkan sedang menjadi aktor dalam penggunaan AI yang tidak bertanggung jawab, terutama di dunia pendidikan. Mengikuti perkembangan zaman memang penting, tetapi moral tetaplah yang utama.
Kecanggihan teknologi hanyalah alat, sedangkan tanggung jawab moral dalam menggunakannya tetap bergantung pada penggunanya.
Berbicara tentang dunia pendidikan, saya menyebutkan bahwa AI harus digunakan secara adil. Adil di sini berarti bahwa seluruh pengguna, terutama pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan, harus memiliki akses yang setara terhadap teknologi AI.
Misalnya, jika sebuah universitas menyediakan layanan AI untuk para mahasiswanya, maka layanan tersebut seharusnya merata dan setara bagi semua. Jika tidak, akan ada perbedaan dalam kualitas akses terhadap teknologi, di mana sebagian mahasiswa mungkin memiliki akses ke AI yang lebih canggih dan powerfull dibanding yang lain. Hal ini bisa menciptakan kesenjangan akademik, di mana beberapa mahasiswa mendapat keuntungan lebih besar hanya karena memiliki sumber daya yang lebih baik.
Ketidakadilan ini bisa berdampak besar, terutama dalam penulisan tugas, penelitian, atau bahkan seleksi kerja, di mana AI dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas output (memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat). Oleh karena itu, penting bagi institusi pendidikan untuk mengambil peran aktif dalam memastikan bahwa seluruh mahasiswa memiliki akses yang setara terhadap AI, baik dalam bentuk langganan bersama maupun fasilitas yang disediakan secara internal.
Agent
- 1. Pengguna (user)
Pengguna adalah seseorang yang menggunakan Alat yang berteknologikan Kecerdasan Buatan, Sebagai pengguna, baik mahasiswa, dosen, atau profesional, kita memiliki tanggung jawab moral dalam memanfaatkan AI. Berikut adalah beberapa prinsip utama yang harus dipegang teguh.
> Kejujuran Akademik
AI tidak boleh digunakan untuk melakukan kecurangan dalam tugas atau ujian. Mahasiswa tetap harus memahami materi, bukan sekadar menyalin hasil dari AI.
> Verifikasi Informasi
AI bukan sumber kebenaran mutlak. Sering kali, AI menghasilkan jawaban yang tidak akurat atau bahkan menyesatkan. Maka dari itu, penting untuk selalu melakukan pengecekan fakta.
UNESCO mengeluarkan Alur penggunaan salah satu AI ( CHAT GPT ) supaya Aman dan tidak terjadi informasi palsu.
> Keterbukaan dan Transparansi
Jika menggunakan AI dalam tugas atau proyek akademik, sebaiknya pengguna mencantumkan atribusi atau menjelaskan bagaimana AI membantu dalam proses tersebut.
> Keamanan Data
Hindari memasukkan data pribadi atau informasi sensitif ke dalam AI, terutama yang berbasis cloud, untuk mencegah penyalahgunaan atau kebocoran data.
> AI sebagai Alat, Bukan Pengganti Pikiran Kritis
Menggunakan AI untuk membantu riset atau brainstorming adalah hal yang baik. Namun, AI tidak boleh menggantikan kreativitas dan pemikiran kritis manusia.
- 2. Pengembang ( Developer ) bidang AI
Dikenalkanlah konsep Pilar Etika AI atau Responsible AI, beberapa perusahaan ternama dunia seperti Google, IBM mengeluarkan Etika AInya sendiri untuk pengembangan bidang AI, tidak terkecuali dengan Indonesia Melalui Kementrian Pendidikan.
Ada beberapa pilar utama dalam etika pengembangan AI yang harus diperhatikan
> Transparansi dan Akuntabilitas
AI harus bisa dipahami oleh penggunanya. Jika sebuah sistem AI membuat keputusan yang salah atau bias, harus ada mekanisme yang memungkinkan koreksi atau pertanggungjawaban.
> Keamanan dan Privasi
AI yang memproses data pengguna harus dirancang dengan sistem keamanan yang kuat dan mematuhi regulasi perlindungan data, seperti GDPR atau UU Perlindungan Data Pribadi di Indonesia.
> Kesetaraan dan Keadilan
AI tidak boleh memiliki bias yang merugikan kelompok tertentu, misalnya dalam seleksi penerimaan mahasiswa atau perekrutan kerja. Pengembang harus memastikan bahwa data pelatihan yang digunakan mencerminkan keberagaman dan tidak menimbulkan diskriminasi.
> Keberlanjutan Lingkungan
AI, terutama model berbasis machine learning skala besar, membutuhkan daya komputasi yang tinggi. Oleh karena itu, penting bagi pengembang untuk mempertimbangkan dampak lingkungan dalam proses pengembangannya.
Kesimpulan
AI adalah teknologi yang memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi dan kreativitas manusia. Namun, tanpa etika yang jelas, teknologi ini bisa menjadi pedang bermata dua. Baik sebagai pengguna maupun pengembang, kita harus memahami batasan dan tanggung jawab dalam memanfaatkan AI. Perkembangan zaman memang penting, tetapi moral tetaplah yang utama.